Senin, 10 Desember 2012

Gaya Bahasa (Majas)


Gaya bahasa atau majas adalah suatu cara mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan bahasa yang indah dan personal. Gaya bahasa digunakan untuk meningkatkan efek dan menjelaskan gagasan-gagasan sehingga dapat dimengerti, baik oleh pembaca maupun pendengar. Bagi penulis (pemakai bahasa), gaya bahasa memperlihatkan kekhasan bahasa serta jiwa dan kepribadian penulis.
Para ahli telah menemukan enam puluh macam gaya bahasa/majas dan diklasifikasikan ke dalam empat kelompok. Keempat kelompok gaya bahasa yang dimaksud adalah: a) majas perbandingan, b) majas pertentangan, c) majas pertautan, d) majas perulangan. 

A.MAJAS PERBANDINGAN
    Majas perbandingan meliputi:
1) Perumpaman
     Perumpamaan atau simile adalah gaya bahasa berupa perbandingan dua hal yang pada dasarnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Gaya perbandingan secara eksplisit dijelaskan dengan pemakaian kata seperti, ibarat, laksana bagai sebagai, dan umpama.
CONTOH:
Gadis itu laksana bunga yang sedang mekar.
2) Metafora
    Metafora adalah suatu gaya bahasa yang membuat perbandingan secara langsung antara dua hal atau benda tanpa dinyatakan secara ekslipit dengan menggunakan kata seperti dan sejenisnya. Metafora merupakan gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, dan tersusun rapi.
CONTOH:
Pemuda adalah tulang punggung negara.
3) Personifikasi
     Personifikasi atau penginsanan adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani pada barang yang tidak bernyawa dan pada ide yang abstrak.
CONTOH:
Mentari pagi tersenyum menyambut hari.


4) Antitesis
     Antitesis adalah gaya bahasa dengan membuat suatu perbandingan (komparasi) antara dua antonim (kata-kata yang menyatakan makna bertentangan satu sama lain).
CONTOH:
Anak itu malah bangga atas kegagalannya dalam tes masuk Universitas Negeri.         
5) Pleonasme
     Pleonasme adalah suatu gaya bahasa berupa pemakaian kata yang berlebihan (mubazir), yang sebenarnya tidak perlu. Karena itu, pada sebuah satuan bahasa disebut pleonasme. Artinya tetap utuh apabila kata yang berlebihan itu dihilangkan.
CONTOH:
Sayalah yang membawakan buku itu dengan tangan saya sendiri.
6) Tautologi
     Tautologi hampir sama dengan pleonasme. Namun, pada tautologi, kata-kata yang berlebihan itu pada dasarnya mengandung pengulangan dari kata yang lain.
CONTOH:      
 Sang ibu mencintai sendiri. anak yang merupakan darah dagingnya

B.MAJAS PERTENTANGAN
    Majas pertentangan meliputi:
1) Hiperbola
     Hiperbola adalah suatu jenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang sengaja melebih-lebihkan isi pernyataan, baik dari segi jumlahnya, ukurannya, maupun sifatnya, dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan serta pengaruhnya.
CONTOH:
Mayat bergelimpangan dijalan akibat bencana tsunami. (ada beberapa orang yang meninggal)                           
2) Litotes
     Litotes adalah kebalikan dari hiperbola. Gaya bahasa litotes adalah salah satu jenis gaya bahasa yang berisi pernyataan-pernyataan yang sengaja menyederhanakan, mengecilkan, atau mengurangi kenyataan yang sesungguhnya. Hal itu dilakukan dengan maksud untuk merendahkan diri atau tidak mau menonjolkan diri.
CONTOH:
Terimalah pemberian kami yang tidak berharga ini.
3) Ironi
     Ironi adalah salah satu jenis majas yang mengandung pernyataan dengan makna bertentangan dengan maksud berolok-olok. Apa yang dikatakan bertentangan dengan kenyataan untuk maksud berolok-olok.
CONTOH:
Rapi sekali kamarmu, pakaian kotor dan buku-buku berserakan di mana-mana.
4) Paralipsis
     Paralipsis adalah sejenis majas yang merupakan suatu formula yang dipergunakan sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri.
CONTOH:
Henry mempersunting seorang gadis cantik. (maksudnya seorang janda cantik)
5) Paradoks
     Paradoks adalah sejenis majas berupa sebuah kalimat pernyataan yang mengandung dua hal yang bertentangan satu sama lain.
CONTOH:
Dia menjalani kesepian ditengah keramaian kota Jakarta.



6) Klimaks
     Klimaks adalah sejenis gaya bahasa berupa kalimat yang mengandung beberapa pikiran/gagasan dan disusun secara berurutan dari yang sederhana meningkat ke hal yang rumit, dari hal yang kurang penting ke hal yang paling penting.
CONTOH:
Tujuan utama pelajaran bahasa Indonesia agar siswa memperoleh keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.
7) Antiklimaks
     Antiklimaks merupakan kebalikan dari gaya bahasa klimaks. Gaya bahasa antiklimaks berupa suatu acuan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun secara berurutan dan dimulai dari gagasan terpenting menuju kegagasan yang kurang penting.
CONTOH:
Jangankan seribu, atau seratus, serupiah pun aku tidak punya.
8) Sinisme
     Sinisme adalah majas berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap seseorang. Sinisme sebenarnya ironi yang lebih besar sifatnya.
CONTOH:
Memang Andalah yang paling kaya yang dapat menguasai pelabuhan-pelabuhan di negeri ini.
9) Sarkasme
    Sarkasme adalah salah satu jenis majas yang mengandung sindiran pedas dan menyakitkan hati. Sarkasme lebih kasar dibandingkan dengan ironi dan sinisme.
CONTOH:
Tingkah lakumu sungguh memalukan kami.

 C)MAJAS PERTAUTAN
    Majas pertautan meliputi:
1) Metonimia
     Metonimia adalah sebuah majas yang menggunakan nama ciri atau nama hal yang dihubungkan dengan nama orang, barang, atau hal sebagainya penggantinya.
CONTOH:
 Sering terjadi pena mematikan langkah seorang tokoh dalam karir politiknya. (pena=tulisan)
2) Sinekdoke
     Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau kebalikannya. Sinekdoke terdiri atas dua macam, yaitu pars pro toto dan totem pro parte. Pars pro toto Adalah menyebutkan sebagian dari suatu hal untuk menyatakan keseluruhannya. Totem pro parte adalah menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian.
CONTOH:
Jakarta dicekam oleh negara-negara Barat berkaitan dengan kasus pelanggaran HAM (Pars pro toto)
3) Alusi
    Alusi atau kilat adalah majas berapa acuan yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh dengan anggapan bahwa hal itu sudah diketahui bersama, baik penutur/penulis maupun pendengar/pembaca.
CONTOH:
Peristiwa Mei 1998 sungguh merupakan tragedi nasional. (peristiwa Mei 1998 = huru-hara di Jakarta)
4) Eufesmisme
     Eufesmisme adalah majas berupa ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti perkataan yang dirasakan kasar, yang mungkin menyinggung perasaan, dan merugikan.
CONTOH:
Tampaknya wanita cantik itu kurang setengah. (kurang setengah = gila)

5) Eponim
     Eponim adalah majas berupa pernyataan yang mengandung nama seseorang yang sering dihubungkan dengan sifat tertentu. Dengan demikian nama itu dipakai untuk mengatakan sifat itu.
CONTOH:
Usahaku sedang macet, perlu seorang Dewi Fortuna untuk menyelamatkannya. (Dewi Fortuna = Penolong)
6) Epitet
     Epitet adalah majas yang mengandung acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau sesuatu hal. Keterangan itu merupakan suatu prosa deskriptif yang memberikan atau menggantikan nama sesuatu benda atau nama sesorang.
CONTOH:
Raja siang dihambat awan tipis yang berarak-arak di ufuk timue. (raja siang = matahari)
7) Erotesis
     Erotesis disebut juga pertanyaan retosis adalah sejenis majas yang berupa pertanyaan yang dipergunangkan dalam tulisan atau pidato untuk mencapai efek yang mendalam dan penekanan yang wajar. Pertanyaan itu sama sekali tidak menuntut suatu jawaban.
CONTOH:
Apakah kita biarkan korupsi merajalela di negeri ini?
8) Paralelisme
     Paralelisme adalah majas yang beruasaha mencapai kesejajaran dalam memakai kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Kesejajaran tersebut dapat pula terjadi pada klausa-klausa bawahan yang bergabung pada sebuah klausa atasan.
CONTOH:
Kaum Pria maupun Kaum Wanita sama kedudukannya didepan hukum.


9) Elipsis
     Elipsis adalah majas yang didalamnya dilakukan penghilangan kata atau kata-kata yang memenuhi bentuk kalimat berdasarkan struktur kalimat. Dengan kata lain elipsis adalah penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dalam konstruksi sintaksis yang lengkap.
CONTOH:
Sunarti ke sekolah hari ini. (penghilangan predikat)
10) Asindeton                                                                                                                                    
      Asindeton adalah majas berupa acuan padat dan mampat dimana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung, tetapi hanya dipisahkan oleh tanda koma.
CONTOH:
 Kami datang, kami menang dalam pertandingan itu.
11) Polisindeton
       Polisindeton adalah suatu majas yang hampir sama dengan asindeton. Hanya dalam polisindeton beberapa kata, frasa, atau klausa disusun secara berurutan dan dihubungkan dengan kata sambung.
CONTOH:
Adik saya suka boneka panda dan dan mobil-mobilan dan alat masak-masakan.               

D)MAJAS PERULANGAN
Gaya bahasa perulangan atau repetisi mengandung perulangan yang terjadi pada bunyi, suku kata, kata, frasa, dan bagian kalimat. Perulangan itu perlu untuk memberikan penekanan dalam sebuah konteks. Majas perulangan meliputi:
1) Aliterasi
    Aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama pada seluruh baris.
CONTOH:
Bila Biduan Berani Berkicau

2) Asonansi
    Asonansi adalah jenis gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan pada vokal yang sama.
CONTOH:
sudah luka tujuan  terjungkal
3) Antanaklasis
    Antanklasis adalah jenis majas yang berupa perulangan kata yang sama dengan makna berbeda.
CONTOH:
Kembang itu tidak berkembang
4) Kiasmus
    Kiasmus adalah jenis majas repetisi berupa perulangan kata dan sekaligus pula terdapat inversi hubungan antara dua kata dalam sebuah kalimat.
CONTOH:
Sering terjadi orang pintar merasa bodoh, sedangkan orang bodoh menganggap diri pintar.
5) Anafora
    Anafora ialah jenis majas repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat.
CONTOH:
Aku memandang sang bulan dalam angan.
6) Epistrofa
    Epistrofa adalah jenis majas repetisi berupa perulangan kata atau frasa pada akhir baris setiap kalimat berurutan.
CONTOH:
Duduk adalah hidup

7) Simploke
     Simploke adalah jenis majas repetisi berupa perulangan pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
CONTOH:
Engkau meminta aku duduk. Aku bilang baiklah.







                                                                                                                                                                                            






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar