Gaya bahasa atau majas adalah
suatu cara mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan bahasa yang indah dan
personal. Gaya bahasa digunakan untuk meningkatkan efek dan menjelaskan
gagasan-gagasan sehingga dapat dimengerti, baik oleh pembaca maupun pendengar. Bagi
penulis (pemakai bahasa), gaya bahasa memperlihatkan kekhasan bahasa serta jiwa
dan kepribadian penulis.
Para ahli telah menemukan enam
puluh macam gaya bahasa/majas dan diklasifikasikan ke dalam empat kelompok.
Keempat kelompok gaya bahasa yang dimaksud adalah: a) majas perbandingan, b)
majas pertentangan, c) majas pertautan, d) majas perulangan.
A.MAJAS
PERBANDINGAN
Majas
perbandingan meliputi:
1)
Perumpaman
Perumpamaan
atau simile adalah gaya bahasa berupa perbandingan dua hal yang pada dasarnya
berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Gaya perbandingan secara eksplisit
dijelaskan dengan pemakaian kata seperti, ibarat,
laksana bagai sebagai, dan umpama.
CONTOH:
Gadis itu laksana bunga yang sedang mekar.
2)
Metafora
Metafora adalah suatu gaya bahasa yang
membuat perbandingan secara langsung antara dua hal atau benda tanpa dinyatakan
secara ekslipit dengan menggunakan kata seperti dan sejenisnya. Metafora
merupakan gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, dan tersusun
rapi.
CONTOH:
Pemuda
adalah tulang punggung negara.
3)
Personifikasi
Personifikasi
atau penginsanan adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani pada
barang yang tidak bernyawa dan pada ide yang abstrak.
CONTOH:
Mentari pagi tersenyum menyambut hari.
4)
Antitesis
Antitesis
adalah gaya bahasa dengan membuat suatu perbandingan (komparasi) antara dua
antonim (kata-kata yang menyatakan makna bertentangan satu sama lain).
CONTOH:
Anak itu malah bangga atas kegagalannya dalam tes masuk Universitas Negeri.
5)
Pleonasme
Pleonasme
adalah suatu gaya bahasa berupa pemakaian kata yang berlebihan (mubazir), yang
sebenarnya tidak perlu. Karena itu, pada sebuah satuan bahasa disebut
pleonasme. Artinya tetap utuh apabila kata yang berlebihan itu dihilangkan.
CONTOH:
Sayalah yang membawakan buku itu dengan tangan saya sendiri.
6)
Tautologi
Tautologi hampir sama dengan
pleonasme. Namun, pada tautologi, kata-kata yang berlebihan itu pada dasarnya
mengandung pengulangan dari kata yang lain.
CONTOH:
Sang ibu mencintai sendiri. anak yang merupakan darah dagingnya
B.MAJAS
PERTENTANGAN
Majas
pertentangan meliputi:
1)
Hiperbola
Hiperbola
adalah suatu jenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang sengaja
melebih-lebihkan isi pernyataan, baik dari segi jumlahnya, ukurannya, maupun
sifatnya, dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan serta
pengaruhnya.
CONTOH:
Mayat
bergelimpangan dijalan akibat bencana tsunami. (ada beberapa orang yang
meninggal)
2) Litotes
Litotes
adalah kebalikan dari hiperbola. Gaya bahasa litotes adalah salah satu jenis
gaya bahasa yang berisi pernyataan-pernyataan yang sengaja menyederhanakan,
mengecilkan, atau mengurangi kenyataan yang sesungguhnya. Hal itu dilakukan
dengan maksud untuk merendahkan diri atau tidak mau menonjolkan diri.
CONTOH:
Terimalah pemberian kami yang tidak berharga ini.
3) Ironi
Ironi
adalah salah satu jenis majas yang mengandung pernyataan dengan makna
bertentangan dengan maksud berolok-olok. Apa yang dikatakan bertentangan dengan
kenyataan untuk maksud berolok-olok.
CONTOH:
Rapi
sekali kamarmu, pakaian kotor dan buku-buku berserakan di mana-mana.
4)
Paralipsis
Paralipsis
adalah sejenis majas yang merupakan suatu formula yang dipergunakan sebagai
sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat
dalam kalimat itu sendiri.
CONTOH:
Henry mempersunting seorang gadis cantik. (maksudnya seorang janda cantik)
5)
Paradoks
Paradoks
adalah sejenis majas berupa sebuah kalimat pernyataan yang mengandung dua hal
yang bertentangan satu sama lain.
CONTOH:
Dia menjalani kesepian ditengah keramaian kota
Jakarta.
6) Klimaks
Klimaks
adalah sejenis gaya bahasa berupa kalimat yang mengandung beberapa
pikiran/gagasan dan disusun secara berurutan dari yang sederhana meningkat ke
hal yang rumit, dari hal yang kurang penting ke hal yang paling penting.
CONTOH:
Tujuan utama pelajaran bahasa Indonesia agar
siswa memperoleh keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.
7)
Antiklimaks
Antiklimaks
merupakan kebalikan dari gaya bahasa klimaks. Gaya bahasa antiklimaks berupa
suatu acuan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun secara berurutan dan
dimulai dari gagasan terpenting menuju kegagasan yang kurang penting.
CONTOH:
Jangankan seribu, atau seratus, serupiah pun aku
tidak punya.
8) Sinisme
Sinisme
adalah majas berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan
terhadap seseorang. Sinisme sebenarnya ironi yang lebih besar sifatnya.
CONTOH:
Memang Andalah yang paling kaya yang dapat
menguasai pelabuhan-pelabuhan di negeri ini.
9)
Sarkasme
Sarkasme
adalah salah satu jenis majas yang mengandung sindiran pedas dan menyakitkan
hati. Sarkasme lebih kasar dibandingkan dengan ironi dan sinisme.
CONTOH:
Tingkah lakumu sungguh memalukan kami.
C)MAJAS
PERTAUTAN
Majas
pertautan meliputi:
1)
Metonimia
Metonimia
adalah sebuah majas yang menggunakan nama ciri atau nama hal yang dihubungkan
dengan nama orang, barang, atau hal sebagainya penggantinya.
CONTOH:
Sering
terjadi pena mematikan langkah
seorang tokoh dalam karir politiknya. (pena=tulisan)
2)
Sinekdoke
Sinekdoke
adalah majas yang menyebutkan bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau
kebalikannya. Sinekdoke terdiri atas dua macam, yaitu pars pro toto dan totem pro
parte. Pars pro toto Adalah
menyebutkan sebagian dari suatu hal untuk menyatakan keseluruhannya. Totem pro parte adalah menyebutkan keseluruhan
untuk menyatakan sebagian.
CONTOH:
Jakarta dicekam
oleh negara-negara Barat berkaitan dengan kasus pelanggaran HAM (Pars pro toto)
3) Alusi
Alusi
atau kilat adalah majas berapa acuan yang menunjuk secara tidak langsung ke
suatu peristiwa atau tokoh dengan anggapan bahwa hal itu sudah diketahui
bersama, baik penutur/penulis maupun pendengar/pembaca.
CONTOH:
Peristiwa
Mei 1998 sungguh merupakan tragedi nasional. (peristiwa Mei 1998 =
huru-hara di Jakarta)
4)
Eufesmisme
Eufesmisme
adalah majas berupa ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti perkataan yang
dirasakan kasar, yang mungkin menyinggung perasaan, dan merugikan.
CONTOH:
Tampaknya wanita cantik itu kurang setengah. (kurang setengah = gila)
5) Eponim
Eponim adalah majas berupa pernyataan yang
mengandung nama seseorang yang sering dihubungkan dengan sifat tertentu. Dengan
demikian nama itu dipakai untuk mengatakan sifat itu.
CONTOH:
Usahaku sedang macet, perlu seorang Dewi Fortuna untuk menyelamatkannya.
(Dewi Fortuna = Penolong)
6) Epitet
Epitet
adalah majas yang mengandung acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang
khas dari seseorang atau sesuatu hal. Keterangan itu merupakan suatu prosa
deskriptif yang memberikan atau menggantikan nama sesuatu benda atau nama
sesorang.
CONTOH:
Raja siang
dihambat awan tipis yang berarak-arak di ufuk timue. (raja siang =
matahari)
7)
Erotesis
Erotesis
disebut juga pertanyaan retosis adalah sejenis majas yang berupa pertanyaan
yang dipergunangkan dalam tulisan atau pidato untuk mencapai efek yang mendalam
dan penekanan yang wajar. Pertanyaan itu sama sekali tidak menuntut suatu
jawaban.
CONTOH:
Apakah kita biarkan korupsi merajalela di negeri
ini?
8)
Paralelisme
Paralelisme
adalah majas yang beruasaha mencapai kesejajaran dalam memakai kata-kata atau
frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama.
Kesejajaran tersebut dapat pula terjadi pada klausa-klausa bawahan yang
bergabung pada sebuah klausa atasan.
CONTOH:
Kaum Pria maupun
Kaum Wanita sama kedudukannya
didepan hukum.
9) Elipsis
Elipsis
adalah majas yang didalamnya dilakukan penghilangan kata atau kata-kata yang
memenuhi bentuk kalimat berdasarkan struktur kalimat. Dengan kata lain elipsis
adalah penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dalam konstruksi
sintaksis yang lengkap.
CONTOH:
Sunarti ke sekolah hari ini. (penghilangan
predikat)
10) Asindeton
Asindeton adalah majas
berupa acuan padat dan mampat dimana beberapa kata, frasa, atau klausa yang
sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung, tetapi hanya dipisahkan oleh
tanda koma.
CONTOH:
Kami
datang, kami menang dalam pertandingan itu.
11)
Polisindeton
Polisindeton
adalah suatu majas yang hampir sama dengan asindeton. Hanya dalam polisindeton
beberapa kata, frasa, atau klausa disusun secara berurutan dan dihubungkan
dengan kata sambung.
CONTOH:
Adik saya suka boneka panda dan
dan mobil-mobilan dan alat masak-masakan.
D)MAJAS
PERULANGAN
Gaya bahasa perulangan atau
repetisi mengandung perulangan yang terjadi pada bunyi, suku kata, kata, frasa,
dan bagian kalimat. Perulangan itu perlu untuk memberikan penekanan dalam
sebuah konteks. Majas perulangan meliputi:
1)
Aliterasi
Aliterasi
adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama pada seluruh
baris.
CONTOH:
Bila Biduan Berani Berkicau
2)
Asonansi
Asonansi
adalah jenis gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan pada vokal yang sama.
CONTOH:
sudah
luka tujuan terjungkal
3)
Antanaklasis
Antanklasis
adalah jenis majas yang berupa perulangan kata yang sama dengan makna berbeda.
CONTOH:
Kembang itu
tidak berkembang
4) Kiasmus
Kiasmus
adalah jenis majas repetisi berupa perulangan kata dan sekaligus pula terdapat
inversi hubungan antara dua kata dalam sebuah kalimat.
CONTOH:
Sering terjadi orang pintar merasa bodoh, sedangkan
orang bodoh menganggap diri pintar.
5) Anafora
Anafora
ialah jenis majas repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap
baris atau setiap kalimat.
CONTOH:
Aku
memandang sang bulan dalam angan.
6)
Epistrofa
Epistrofa
adalah jenis majas repetisi berupa perulangan kata atau frasa pada akhir baris
setiap kalimat berurutan.
CONTOH:
Duduk adalah hidup
7) Simploke
Simploke
adalah jenis majas repetisi berupa perulangan pada awal dan akhir beberapa
baris atau kalimat berturut-turut.
CONTOH:
Engkau meminta aku duduk. Aku
bilang baiklah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar